Judul : My Lovely Brother
Author : fishy_here
Cast : Kim Jong Woon (Yesung), Kim Jong Jin, Lee Seung Yeon
Genre : Family, Romance
Rating : PG-15
Author Notes / AN : Ini adalah FF pertamaku sebagai hadiah ultah buat Yesung Oppa. Jadi mian kalau jelek plus gaje. Happy Reading…^^ Sebenernya aku ikutan kontes bikin FF buat ngerayain ultah Yeppa, eh tapi ga menang. Yaudah aku posting diblog aja. Hehe.
Cast : Kim Jong Woon (Yesung), Kim Jong Jin, Lee Seung Yeon
Genre : Family, Romance
Rating : PG-15
Author Notes / AN : Ini adalah FF pertamaku sebagai hadiah ultah buat Yesung Oppa. Jadi mian kalau jelek plus gaje. Happy Reading…^^ Sebenernya aku ikutan kontes bikin FF buat ngerayain ultah Yeppa, eh tapi ga menang. Yaudah aku posting diblog aja. Hehe.
Author POV
Kafe Mouse Rabbit itu terlihat sangat ramai. Kafe yang terletak
dikawasan elite kota Seoul itu memang terkenal berbeda dari kafe lainnya.
Selain menyediakan kopi yang khas serta cake yang lezat, kafe ini juga kerap kali
mengadakan music live yang penyanyinya tak lain dan tak bukan adalah pemilik
kafe itu sendiri, Kim Jong Woon aka Yesung.
Yesung yang tampan dan
pandai bernyanyi, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung kafe
ini. Terlebih, dia masih jomblo alias single and belum punya pacar-setidaknya
itu penilaian orang selama ini. Alhasil, banyak yeoja yang berbondong-bondong
datang ke kafenya hanya untuk menarik perhatiannya atau hanya mendengarkan
suara merdunya.
Selain Yesung, Kim Jong
Jin, yang merupakan adik kandung Yesung juga ikut menarik hati para pengunjung.
Jongjin yang memiliki perbedaan 8 tahun dengan hyungnya dan baru menduduki
kelas 2 di SMAnya, mempunyai otak yang cerdas dan senyum yang membuat siapapun
meleleh dibuatnya. Sungguh, orangtua mereka pasti bangga memiliki anak seperti
mereka. Tapi sayang, orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan 2 tahun
lalu. Karena itu, Yesung sangat menyayangi dongsaeng satu-satunya itu.
Suatu sore di Mobit,
disaat pengunjung tidak terlalu ramai, seorang yeoja duduk di dekat jendela dan
menatap keluar sambil mengaduk-ngaduk kopinya. Ia nampak menunggu seseorang.
“Chagiya…” bisik
seseorang tepat ditelinga yeoja itu.
Yeoja itu tampak
terkejut dan menoleh kearah sumber suara, “Oppa, kau mengagetkanku saja..” ucap
yeoja itu begitu tahu siapa orang disampingnya itu.
Namja itu tersenyum
puas kemudia duduk dihadapan sang yeoja, “Mianhae… Apa kau sudah lama
menungguku?” tanyanya sambil memperhatikan kopi didepan yeoja yang sudah mulai dingin.
“Ne, kenapa kau lama
sekali? Aku hampir bosan menunggumu. Kufikir kau lupa.” Yeoja itu memasang
tampang cemberut.
Namja itu tersenyum dan
mendekatkan wajahnya pada sang yeoja. “Mianhae Seungyeon-ah,, aku tidak akan
mengulanginya lagi. Saranghae…” namja itu membuat tanda hati dengan tangannya.
Hal itu jelas membuat sang yeoja luluh dan tersenyum memaafkan kesalahannya.
Sang namja tersenyum
puas melihatnya, “Kajja, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat…”
Lee Seungyeon, nama
yeoja itu, segera mengangguk. Mereka pun bangkit dan hendak meninggalkan kafe
itu.
“Yesung Hyung, kau mau
kemana? Lihat, tanganku masih sakit…” Jongjin, tiba-tiba keluar dan merengek
pada Yesung dengan tangan dibalut perban. Inilah yang membuat Yesung terlambat
menemui Seungyeon tadi.
“Ya, Jongjin-a, wae? Kenapa
tanganmu seperti itu?” Seungyeon yang hendak pergi bersama Yesung, mendekati
Jongjin.
“Ia tidak sengaja
terkena air panas saat didapur tadi.” Ucap Yesung mendekati mereka.
“Ya, gwencanha? Kenapa
kau begitu ceroboh sih…” Seungyeon meniup-niup tangan Jongjin seolah-olah rasa
panas itu masih tertinggal disana.
Seungyeon benar.
Meskipun Jongjin pintar, terkadang ia memang sedikit ceroboh. Hmm,, melihat
perhatian Seungyeon pada Jongjin, membuat hati Yesung sedikit terusik. Sejak
kecil, mereka tumbuh bersama. Semenjak Jongjin lahir, Seungyeon benar-benar
senang. Mungkin karena dia anak tunggal dan merasa seperti punya adik saat
melihat Jongjin. Tapi, entah kenapa hal itu sedikit mengusik hati Yesung. Apa
mungkin ia cemburu? Cemburu pada adiknya sendiri? Itu mustahil…
“Yesung Oppa,
mianhaeyo. Sepertinya kita tidak jadi pergi hari ini..”
“Ne, Hyung. Apa kau
tega meninggalkan dongsaengmu dalam keadaan seperti ini?”Jongjin memasang
tampang aegyonya.
“Ne, gwencanha. Kita
bisa pergi lain kali…” Mereka akhirnya masuk keruangan Yesung diiringi senyum
kemenangan Jongjin.
Entah
sudah yang keberapa kalinya acara kencan mereka gagal karena Jongjin. Kadang
Yesung merasa bahwa Jongjin tak menyukai hubungannya dengan Seungyeon. Tapi ia
segera menepis fikiran itu karena hubungan mereka bertiga baik-baik saja. Ah,
mungkin ia hanya merasa kesepian. Segera Yesung menepis fikiran negative
tentang dongsaengnya itu.
***
Pagi itu, Yesung tidak
berangkat ke kafe karena ia sedang tidak enak badan. Semua pekerjaan kafe ia
serahkan pada menejer kafe, Shindong, yang merupakan sahabatnya sendiri. Ia
menatap kotak makanan yang dibawakan Seungyeong untuknya. Dia benar-benar yeoja
yang perhatian, batin Yesung. Tiba-tiba ia teringat tentang dongsaengnya.
“Jongjin-a apa kau
tidak sekolah?” ia membuka kamar Jongjin dan tidak melihat dongsaengnya
didalam.
“Jongjin-a eoddiso?”
gumam Yesung.
Sejenak kemudian ia
baru teringat bahwa satu jam yang lalu adiknya meminta ijin untuk pergi membeli
obat untuknya. Ah, dia juga benar-benar adik yang perhatian…
Yesung tersenyum
memandangi kamar adiknya. Berbagai foto dan poster tertempel didinding
kamarnya. Yesung mendekati foto yang terletak dimeja belajar Jongjin. Foto
keluarganya. Mendadak, kesedihan dan kerinduan pada orang tuanya kembali muncul.
“Jongjin-a, pasti berat
bagimu. Mianhada, jika selama ini hyung kurang memperhatikanmu. Hyung janji,
akan menjadi appa dan omma bagimu…” air mata hampir mengalir dari matanya.
Namun ia segera menyekanya.
Yesung kemudian duduk
diranjang Jongjin yang empuk. Dulu, mereka sering tidur bersama. Kini, karena
kesibukan Yesung, mereka bahkan jarang bertemu selain di Mobit.
“Kau pasti merasa
kesepian…” Yesung mengusap-usap seprei dan menemukan sesuatu dibawah bantal.
“Igo mwo?” Yesung
mengambil sebuah buku catatan dibawah bantal.
Yesung tersenyum,
ternyata dongsaengnya juga menulis catatan sama seperti yang sering ia lakukan.
Karena penasaran,
Yesung akhirnya membuka buku catatan dongsaengnya itu.
Ia kembali tersenyum
melihat halaman pertama buku catatan itu tertempel foto Seungyeon yang cantik.
Pasti anak itu sangat senang dengan Seungyeon, fikirnya. Setidaknya Yesung
tidak berfikir macam-macam sampai ia membaca halaman demi halaman buku catatan
Jongjin.
Lee
Seungyeon. Dia adalah nuna. Setidaknya ia 2 tahun lebih tua dariku. Tapi aku
menyukainya. Apa salahnya menyukainya. Dia benar-benar cantik dan perhatian
pada kami. Kuharap, suatu hari aku bisa memilikinya dan menjadikannya istriku.
Yesung tercekat.
Omo,
bagaiman ini? Aku semakin dibuat gila oleh Seungyeon. Tatapannya yang lembut,
serta sentuhannya yang tulus membuatku mabuk dibuatnya. Lee Seungyeon, kau
harus bertanggung jawab atas hal ini.
Yesung membolak-balik
buku catatan itu tak percaya.
Sial!!
Kenapa hal ini harus terjadi?? Seungyeon berkencan dengan Yesung hyung?
Apa-apaan ini? Hyung, kau memiliki segalanya, tampan, sukses, bersuara merdu,
dan digilai banyak yeoja. Kenapa harus Seungyeon? Hyung, aku tidak akan
menyerah. Sampai kapanpun aku tidak akan merestui hubungan kalian. Dengan
sekuat tenaga, aku akan membuat kalian putus.
Air mata kembali
menggenang dipelupuk matanya. Jongjin, namdongsaeng yang sangat disayanginya,
keluarga satu-satunya yang ia punya dimuka bumi ini, ternyata juga menyukai
Seungyeon, yeoja yang juga sangat dicintai Yesung. Sekarang, ia tak tahu harus
berbuat apa. Disatu sisis, ia ingin terus bersama Seungyeon. Tapi disisi lain,
ia tidak ingin membuat adiknya menderita dan sedih. Ia sudah cukup menderita
selama ini karena kehilangan appa dan ammanya.
Air
matanya mengalir begitu saja. Rasanya Yesung ingin sekali berteriak dirumah
yang sepi ini…
***
Yesung POV
Aku termenung dikamar sahabatku, Shindong. Menatap
ponselku dan mendapati nama Seungyeon tertera disana. Namun aku hanya menghela
nafas dan meletakkan kembali ponselku. Entah sudah yang keberapa kali aku
mengabaikan panggilan dan sms dari Seungyeon. Semenjak hari itu, aku memang
berusaha menghindar dari Seungyeon. Bahkan sengaja tak pulang kerumah agar tak
bertemu dengan Jongjin. Hanya Tuhan yang tahu, seberapa besar aku merindukan
kedua orang yang sangat penting bagiku itu.
Tok…tok…tok…
Pintu diketuk,
“Yesung-a, ini aku.” Terdengar suara Shindong diluar kamar.
“Eoh, masuklah..” aku
membenarkan posisi dudukku.
Namja berbadan gemuk
itu masuk dengan membawakan makanan dan minuman.
“Ya, siapa yang
menyuruhmu membawakan ini untukku?” aku tak suka dengan caranya ini. Tapi mungkin
ia hanya khawatir padaku.
“Ya, kau ini kenapa?
Sudah satu minggu ini kau tidak pulang, jarang makan, menyendiri didalam kamar,
bahkan menyerahkan music live pada orang lain. Ckckckck, aku jadi khawatir. Apa
kau masih waras?”
“Aish,, kau ini. Urus
saja pekerjaanmu dengan benar. Aku ini masih waras tahu.” Aku berbaring
diranjang tak mempedulikannya.
“Yesung-a, kau tidak
pernah melakukan ini sebelumnya. Kau bahkan menghindari dan selalu menolak jika
Jongjin dan Seungyeon ingin bertemu. Apalagi alasannya kalau bukan tidak
waras?”
“Ya!!” aku mulai kesal
dengannya.
Mendengar itu, bukannya
takut, Shindong malah duduk didepanku. Persahabatan kami memang sudah terjalin
sangat lama. Hal itu cukup membuat Shindong tahu bahwa aku sedang tidak dalam
keadaan baik-baik saja.
“Yesung-a, jika kau
tidak mau cerita padaku, baiklah aku mengerti. Tapi, menghindar bukan jalan
terbaik untuk menghadapi masalah. Kembalilah, mereka pasti sangat
mengkhawatirkanmu…”
Aku menerawang mencoba
mencerna ucapannya. Dia benar. Terkadang, ia memang bisa menjadi sahabat yang
baik bagiku. Aku tersenyum sendiri.
“Oppa!!” aku terkejut
mendengar suara itu. suara yang sangat ku rindukan.
Aku terkejut, dan segera
duduk memastikan bahwa ini bukan sekedar halusinasiku saja. Seungyeon berdiri
mematung dipintu kamar Shindong. Air mata menggenang diujung matanya.
“Oppa…” Seungyeon
menghambur kepelukanku. Selama bertahun-tahu hidup dan tumbuh besar bersama,
baru kali ini ia berpisah cukup lama dariku. Meski hanya seminggu.
Aku
terdiam. Terlalu terkejut dengan kehadiran Seungyeon yang tiba-tiba itu. Aku
menatap Shindong yang berjalan pelan meninggalkan kamar itu. Pasti sigendut itu
yang mengatakan keberadaanku. Dia memang tidak bisa dipercaya.
***
Seungyeon POV
Aku begitu bahagia
melihatnya. Akhirnya, setelah satu minggu ia menghindariku dengan alasan yang
tak jelas, kami bertemu dan aku bisa memeluknya lagi.
“Oppa, kenapa kau diam
saja? Apa kau tidak ingin minta maaf karena telah membuatku begitu
merindukanmu?” aku melepas pelukanku dan menatapnya.
Aneh sekali, ia hanya
diam dan menunduk. Benar-benar tak seperti Yesung Oppa yang kukenal.
“Wae? Kau tampak
semakin kurus dan berantakan. Apa kau sedang ada masalah?” aku merapikan rambut
Yesung oppa yang sedikit berantakan.
“Seungyeon-a…” Yesung
oppa menangkap tanganku yang tengah merapikan rambutnya.
Tatapannya begitu
sendu. Aku begitu takut akan terjadi hal buruk pada hubungan kami.
“Oppa, kenapa kau
menatapku seperti itu?”
Yesung oppa menghela
nafas berat. “Aku ingin kita putus.”
Degh… jantung ini
serasa berhenti berdetak mendengar ucapannya. Akhirnya, apa yang kutakutkan ini
terjadi juga.
“Oppa, kau bercanda
kan? Katakana kalau kau hanya iseng mengatakan hal itu. Kau tidak
sungguh-sungguh kan? Oppa…” Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Hati
ini rasanya begitu sakit.
Yesung oppa menunduk
lemas. Matanya berkaca-kaca seolah ingin menangis.
“Mianhae, Seongyeon-a…”
“Oppa…” air mataku
akhirnya jatuh membasahi pipiku. Tak sanggup rasanya bila aku harus melepas
orang yang telah kusayangi seumur hidupku ini.
Aku
memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar itu. Air mata terus mengalir seolah
ia tahu bagaiman hatiku saat ini…
***
Jongjin POV
Aku baru selesai
mengangkat telfon saat melihat Seongyeon nuna keluar dari rumah Shindong hyung.
Tapi, sepertinya ia menangis.
“Nuna, waeyo? Apa
Yesung hyung ada didalam?” aku mengejar langkah Seungyeon nuna.
Tapi sepertinya percuma
saja. Langkahnya begitu cepat, sehingga aku tak bisa mengejarnya karena ia
telah memasuki mobil dan membawanya pergi.
“Nuna?” kenapa dia
menangis? Apa dia Yesung hyung menyakitinya? Ini, tidak bisa dibiarkan.
Meskipun dia adalah hyungku, tapi jika dia berani menyakiti yeoja yang sangat
kucintai, aku tentu tak akan melepaskannya. Segera saja aku masuk kerumah
Shindong hyung.
Baru saja aku ingin
masuk ketika kudengar suara Shindong hyung.
“Ya, kau ini kenapa?
Bukankah kau bilang sangat mencintai Seungyeon? Kenapa kau tiba-tiba menghindar
dan memutuskannya begitu saja?”
Aku mengintip dari
celah pintu yang terbuka. Yesung hyung tengah duduk dengan air mata yang
menetes perlahan dari matanya. Ada apa ini? Aku sedikit tidak tenang, tidak
biasanya Yesung hyung menangis. Bahkan saat kematian kedua orangtua kami, ia
tak menangis.
“Ya, kenapa kau diam
saja?? Jawab aku!” Shindong hyung mulai tak sabar dengan sikap hyungku yang tak
seperti biasanya.
“Shindong-a, bagaimana
ini? Aku harus bagaimana?” Yesung hyung berkata pelan hingga aku harus memasang
telingaku lebih dekat kearah pintu.
“Apalagi? Kau tentu
harus minta maaf pada Seungyeon dan memintanya kembali padamu.”
“Jongjin… Kim Jongjin…”
Yesung hyung menyebut namaku. Ada apa ini? Apa ada hubungannya denganku?
Jangan-jangan…
“Jongjin? Kenapa dengan
dongsaengmu itu?” Shindong hyung semakin penasaran rupanya.
“Dia menyukai
Seungyeon…”
Aku terkejut. Bagaimana
hyung bisa tahu perasaanku?
“Mwo? Apa kau
bercanda?”
“Ani, bahkan dia sangat mencintainya…”
“Ani, bahkan dia sangat mencintainya…”
Aku menatap hyungku tak
percaya. Seluruh tubuhku terasa lemas mendengar suaranya itu. Jadi, inikah
alasanmu menghindari kami selama ini, hyung?
“Shindong-a, bagaimana
ini? Aku harus bagaimana?” Yesung hyung semakin terisak oleh tangisnya.
Shindong
hyung duduk disamping hyungku dan menepuk-nepuk pundaknya. Hatiku miris rasanya
melihat hyungku seperti itu…
***
Author POV
Yesung akhirnya
memutuskan untuk pulang kerumahnya. Bagaimanapun, ia tak ingin membuat adiknya
khawatir.
“Eoh Hyung, kau sudah
pulang?” Jongjin yang segera menyambut hyungnya ketika Yesung datang.
Yesung hanya tersenyum melihat
tatapan khawatir dari dongsaengnya.
“Kau kemana saja? Aku
dan Seungyeon nuna sangat khawatir sekali denganmu…” Jongjin mengikuti langkah
hyungnya menuju kamar.
Sementara Yesung,
hatinya kembali terasa perih mendengar nama Seungyeon yang keluar dari mulut
Jongjin.
“Hyung hanya dinas
keluar kota. Mianhae, aku tidak memberitahukan ini terlebih dahulu padamu.”
Jongjin hanya
mengangguk-ngangguk. Sedangkan hatinya juga sedang bergemuruh mendengar
hyungnya berbohong seperti itu.
“Hyung, apa kau lapar?
Aku akan membuatkan sesuatu yang enak untukmu.” Sementara ini, Jongjin akan
pura-pura tidak tahu tentang apa yang didengarnya dirumah Shindong.
Yesung menghentikan
langkahnya ketika tiba didepan kamarnya.
“Gomapta. Tapi hyung
sangat capek hari ini. Kau bisa membuatnya lain kali. Hyung mau istirahat
saja…” dengan susah payah Yesung berusaha tersenyum dihadapan dongsaengnya.
“Eoh, ne-Hyung…”
Jongjin pun seperti tak tahu harus berbuat apa
Yesung
segera masuk kamar dan mengunci pintunya. Sementara Jongjin hanya mematung
didepan kamar Yesung.
***
Jongjin menatap yeoja
didepannya dengan tatapan kasihan. Satu jam lalu, ia mendapat telefon yang
mengabarkan kalau pemilik ponsel yang ia pegang, tak sadarkan diri setelah
minum banyak di barnya. Jongjin langsung berlari menuju bar yang dimaksud sang
penelfon. Setahunya, Seungyeon bukan peminum yang baik. Kenapa tiba-tiba ia mabuk
sampai tak sadarkan diri seperti itu? Pasti ini sangat menyakitkan baginya.
“Seungyeon-a…” tanpa
sadar ia hanya memanggil Seungyeon tanpa embel-embel nuna dibelakangnya.
“Ah, Jongjin-a…”
ternyata ia masih sadar. Tapi kondisinya benar-benar kacau saat ini.
“Bangunlah, aku akan
mengantarmu pulang…” Jongjin memegang tubuh Seungyeon hendak membantunya
berdiri. Tapi tangan Seungyeon menepisnya.
“Shireo!! Aku tidak mau
pulang. Aku takut akan teringat Yesung oppa jika aku pulang… Jongjin-a,,
biarkan aku disini ya…” Seungyeon tersenyum aegyo pada Jongjin. Ternyata ia
benar-benar mabuk. Jongjin bisa mencium bau alcohol yang menyengat dari
mulutnya.
“Nuna, kau tidak boleh
seperti ini. Ikutlah denganku…” Jongjin kembali meraih tangan Seungyeon.
“Aku bilang tidak mauuuu…”
Seungyeon kembali menepis tangannya. Tiba-tiba, ia menangis.
“Huaa,,,
Jongjin-a, kenapa hyungmu begitu jahat? Kenapa dia tega meninggalkanku…
Jongjin-a,, aku sangat mencintainya…” air mata mengalir dari mata Seungyeon.
Jongjin sangat kasihan melihatnya. Semua ini salahnya. Kenapa ia bisa mencintai
sekaligus melukai yeoja yang begitu baik seperti Seungyeon? Ia mulai mengutuk
dirinya sendiri.
***
Hari ini hari ulang
tahun Yesung. Tapi ia hanya berjalan-jalan dan duduk disebuah taman yang sepi.
Ia teringat, tahun lalu, ia merayakan ulang tahunnya ditempat itu bersama
Jongjin dan Seungyeon. Yesung hanya tersenyum mengingat saat-saat itu. Kini ia
hanya bisa memjamkan mata dan berharap keajaiban bisa segera menghampirinya.
“Oppa…” Yesung membuka
mata mendengar seseorang memanggilnya.
“Saengil chukka
hamnida… Saengil chukka hamnida… Saranghaneun Yesung Oppa… Saengil chukka
hamnida…” Yesung tak percaya. Didepannya Seungyeon menyanyikan lagu ulang tahun
sambil memegang kue ulang tahun. Tak nampak kesedihan dimatanya. Ia justru
tersenyum riang. Ah, apakah ini hanya khayalanku saja? Ia membatin.
“Oppa,, Cukhahaeyo… Ayo
tiup lilinnya…” Seungyeon mendekatkan kue itu pada Yesung. Ah, ternyata ini
bukan khayalan. Yesung tersenyum dan meniup cepat lilin itu.
“Yeaaahhh…” Seungyeon
bersorak senang. Pada dasarnya, ia memang gadis yang ceria.
“Oppa, Jongjin sudah
menceritakan semuanya padaku. Dia bilang kau salah faham karena telah mengira
dia menyukaiku. Oppa, kau konyol sekali. Masa kau mencurigai dongsaengmu
seperti itu. Aku hanya menganggap Jongjin itu adikku. Begitupun Jongjin yang
menganggapku sebagai nunanya. Oppa, tolong jangan salah faham lagi ya! Aku
tidak ingin berpisah denganmu.” Seungyeon tersenyum pada Yesung.
Yesung terkejut
mendengar ucapan Seungyeon. Bagaiman Jongjin bisa tahu kalau… Apa ini hanya
salah faham? Jelas-jelas aku melihat sendiri buku catatannya. Yesung mulai
bingung.
“Hyung!! Saengil
cukhahaeyo…” Jongjin tiba-tiba mengagetkan Yesung yang tengah sibuk dengan
fikirannya sendiri.
“Jongjin-a…”
Jongjin tersenyum pada
hyungnya, “Hyung, yang dikatakan nuna itu benar. Kau hanya salah faham. Kau
fikir, aku akan menyukai nuna cerewet seperti dia?” Jongjin menggoda Seungyeon.
“Ya, Kim Jongjin!! Kau
mau kue ini melayang kewajahmu?” Seungyeon pura-pura marah dan mengancam
Jongjin.
“Aigo,, liat Hyung.
Seungyeon nuna benar-benar menyeramkan ketika marah. Aku heran, kenapa kau
sangat mencintai yeoja ini?” Jongjin terkikik.
“Ya!!” Seungyeon
mendekati Jongjin dan menyodorkan kue itu kewajahnya. Tapi Jongjin segera berlindung
dibalik tubuh Yesung dan tertawa karena ia berhasil membuat nunanya bersemu
merah.
Yesung yang dari tadi
hanya diam, perlahan tersenyum. Inikah keajaiban itu? Melihat dua orang yang
disayanginya tertawa riang seperti itu, membuat hatinya sedikit lega.
Terimakasih Tuhan, Kau telah mengembalikan mereka padaku. Yesung akhirnya ikut
bergabung bersama Seungyeon dan Jongjin yang saling berkejaran seperti anak
kecil. Dunia memang selalu bertindak adil…
Hyung,
kau adalah orang yang paling kuhormati didunia ini. Mianhae, hanya ini yang
bisa kuberikan padamu. Terima kasih atas semua yang kau lakukan untukku. Sekali
lagi, Saengil cukhahamnida,, uri hyung…^^-Kim Jongjin-
-The
End-