Rabu, 06 November 2013

Malam Terindah



Malam itu begitu indah. Bintang-bintang dilangit begitu banyak bertaburan. Mungkin, karena ini gunung, bintang jadi lebih jelas terlihat.
Aku melihat kau tertawa bersama teman-teman yang lain di dekat api unggun itu. Ah, tawamu selalu saja menghangatkan hatiku ditengah hawa dingin yang mulai masuk kedalam tulang rusukku.
Saat tengah asyik memandangimu, tiba-tiba tatapan kita bertemu. Kau tersenyum padaku. Senyum yang selalu membuatku rindu. Tiba-tiba kau berdiri dan berjalan mendekatiku.
“Hai.” Sapamu yang terdengar sangat halus ditelingaku.
“Hai juga.” Balasku sambil tersenyum ramah.
“Kok ga ikut kumpul?” tanyamu sambil berdiri disampingku.
“Aku lagi asyik mandangin bintang…” jawabku sambil melihat keatas.
Kau mendongakkan kepalamu keatas, “Wah, iya… Bintangnya indah banget…”
“Em, mungkin karena di gunung. Jadi kita bisa melihat bintang seindah dan sebanyak ini. coba deh kamu angkat tangan kamu. Kemudian tutup sebelah mata kamu. Seperti menggapai bintang rasanya…” Aku mempraktekan apa yang aku ucapkan.
“Benarkah?” ia mengikuti apa yang kulakukan. “Ih, benar. Seperti menggapai bintang…”
Aku menurunkan tanganku dan kembali menatapmu. Kau tersenyum senang.
“Na…” aku berkata lirih padamu.
“Ya.” Kau menoleh ke arahku.
Aku menatapmu dalam. Gadis yang sudah dua tahun mengisi hatiku, namun aku belum berani menyatakan perasaanku. Tapi kurasa, sekaranglah waktunya. Kanku jadikan malam ini, sebagai malam terindah dalam perjalanan hidup kita.
“Kenapa Ga?” kau membuyarkan lamunanku.
Aku menarik nafas dalam. Kembali kutatap matamu. Dengan sedikit keberanian, aku meraih kedua tanganmu. Kau sedikit terkejut mendapat perlakuan seperti itu.
“Ratna, maukah kau menggapai bintang bersamaku?” ucapku lugas dan penuh harap.
Kau masih menatapku. Kurasakan ada gemetar dalam genggaman tanganmu. Sejurus kemudian, kau tersenyum. Oh, sungguh senyummu telah mencairkan hatiku yang beku akibat hawa dingin ini.
“Aku mau…” jawabmu tersipu.
Aku tersenyum. Tidak, aku bahagia. Sungguh bahagia. Tanpa sadar, aku langsung memeluk tubuhmu.
“Terimakasih, Na. Maaf, aku sudah lama membuatmu menunggu. Aku cinta kamu, Na…”
Kau melepas pelukan kita, “Iya, aku juga cinta kamu Galih… Makasih juga, kau telah menjadikan malam ini menjadi malam terindah kita…”
Aku tersenyum. Kau juga. Bukan malam ini yang indah, Na. Tapi kamu. Dimanapun ada kamu, kapanpun ada kamu, melihat senyummu, asalkan kau bersamaku. Itu adalah hal terrrrindah dalam hidupku. Terimakasih, Na…
Aku terbangun dari mimpiku. Ah, ternyata cuma mimpi. Ini adalah hari ketujuh setelah kau memutuskanku. Tapi, mimpi itu terus saja menghantuiku. Ratna, meski hubungan kita hanya bertahan satu bulan, namun kenangan itu tak akan pernah terlupa...

WTC 2 : Menambah Teman Baru dan Berbagi Ilmu




       Satu minggu lalu, tepatnya tanggal 26-27 Oktober 2013, aku memulai petualangan baruku. Ketertarikanku pada dunia menulis, membuatku memutuskan untuk mengikuti sebuah acara kepenulisan di Jakarta. Acara yang bertajuk WTC atau Writing Tour of Cekers ini, adalah ajang berkumpulnya para Cekers dari berbagai daerah untuk menambah wawasan mereka dalam hal tulis menulis. Entah itu cerpen, puisi, ataupun skenario.
            Exited memang. Pada awalnya aku merasa minder ikut acara ini. Aku adalah anggota baru disini. Apalagi, aku belum terlalu ngerti nulis dan karyaku sama sekali ga ada yang di publish di majalah atau koran mana pun. Biasa, minder gitu. Tapi, seseorang berhasil meyakinkanku dan akhirnya aku pun mengikuti acara ini.
Malam pertama di Markas CK

            Tema WTC di tahun ke 2 ini adalah ‘Menulis Dengan Hati dan Hati-Hati’ dengan narasumber, Bunda Reni Erina, Ayah Handoko F. Zainism, Abah Yoyok, serta dua orang khusus yang mengajari kami tentang skenario, yaitu, Ka Andhika dan Ka Nikotopia. Oia, acara ini diselenggarakan di Anyer. Tepatnya di sebuah villa bernama Casa Krakatoa.
            Hari pertama sampai di Anyer, wah kami capek banget. Ternyata Jakarta-Anyer lama juga ya. Ah, mungkin karena saat itu macet dan kondisi bis tak ber-AC, hingga membuat kami kelelahan. Tapi untung saja, pemandangan indah di pantai Casa Krakatoa seolah menghilangkan rasa lelah kami.

Pemandangan indah dibalik pohon kelapa

            Nah, tibalah saat pelatihan. Pelatihan pertama, dari Abah Yoyok dan Ayah Handoko tentang puisi. Jujur, aku sebenernya nggak begitu ngerti tentang puisi. Apalagi harus menulis puisi dengan diksi yang baik. Ah, aku paling lemah soal diksi. Tapi berkat Ayah Han sama Abah, aku jadi sedikit tertarik dengan puisi.
            Next, ini yang paling ngebuat aku deg-degan. Pelatihan cerpen. Kata Bunda, ia  akan mengkritik cerpen yang kurang memenuhi syarat. Bagaimana aku nggak deg-degan. Aku buat cerpenku dadakan dan nggak banyak pertimbangan. Pasti cerpenku dapet kritikan. Dan, benar saja. Cerpenku yang berjudul ‘Playgirl Kelas Cendol’, mendapat urutan pertama yang menjadi target kritik Bunda. Hxhxhx. Katanya, cerpenku sinetron banget! Ga masuk logika! Oh My God, awalnya aku fikir, kok Bunda gitu ya… Tapi setelah melihat cerpenku lagi, memang tidak masuk akal sih. Hehe. Yasudahlah, aku tidak menyerah. Yang pasti, karena ikut pelatihan ini, aku jadi tahu kalo tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen adalah Gaya, Alur, dan Logika. Seperti yang Bunda  Erin bilang. Kata-katanya begitu lugas seolah menggetarkan hatiku. Hal itu semakin membuatku semangat untuk menulis. Thank’s to Bunda…
            Setelah pelatihan kedua, kami diberi kebebasan untuk menikmati keindahan alam pantai Anyer. Wah, teman-temanku tak menyia-nyiakan hal itu dengan langsung nyebur ke air laut yang jernih. Sayang, aku udah keburu mandi jadi tak bisa ikut bergabung bersama mereka. Tapi kami semua tak melewatkan moment indah itu. Menikmati senja di pantai Casa Krakatoa. Itu adalah moment yang indah.

Menikmati senja di pantai Casa Krakatoa



Bermain bersama...

            Tiba malam hari selepas makan malam, kami berkumpul di pinggir kolam. Malam itu, akan diumumkan juara lomba puisi dan cerpen. Wah, sayang sekali aku nggak menang. Selamat buat para pemenang. Aku akan segera menyusul. Amiin…
            Setelah menikmati tidur yang lelap, selepas sarapan pagi, kami berkumpul untuk mengikuti pelatihan menulis skenario yang di pandu oleh Ka Dhika dan Ka Niko. Wah, sumpah aku baru tahu kalo dalam nulis skenario juga aturannya. Haha, makasih banget buat Ka Dhika yang udah ngejelasin apa perbedaan yang paling menonjol antara Novel dan Skenario. Dan karena berhasil menjawab pertanyaan di sesi pertanyaan, yeay, akhirnya aku dapet doorprize! Hehe

Penyerahan hadiah oleh Ka Dhika

            Well, nggak nyangka hari cepet banget berlalu. Rasanya berat meninggalkan tempat itu. Suasananya tenang meski agak sedikit panas. Kamarnya nyaman, pemandangannya indah, teman-teman yang ramah. Wah, aku bener-bener nggak mau balik rasanya. Tapi, mau gimana lagi. Perpisahan memang tak ada yang mengasyikan.
            Setelah semua selesai berkemas, kami berkumpul untuk membagikan sertifikat, foto-foto serta tanda tangan sebagai kenang-kenangan. Bener-bener mengharukan. Hal baru buatku. Bertemu teman baru dari berbagai daerah. Ada orang Kalimantan yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta, Banten, Bogor, Jakarta, bahkan Bali! Ckckck, semangat mereka untuk menambah ilmu tentang menulis bener-bener patut diacungi jempol. Terlebih mereka semua ramah. Tak ada yang sombong meski karya mereka pernah di publish di majalah. Ah, aku pasti akan merindukan kalian. Semangat kalian membuat semangatku juga bangkit. Terimakasih ya, ini adalah mimpi kita. Semoga ilmu yang didapat tidak hanya mengendap di memori dan terkubur bersama kenangan lain. Semoga ilmu itu, bisa kita apresiasikan dalam bentuk karya yang abadi… Love you… Fighting!!^^

Foto bersama sebelum pulang^^