Minggu, 25 Agustus 2013

My Lovely Brother




Judul : My Lovely Brother
Author : fishy_here
Cast : Kim Jong Woon (Yesung), Kim Jong Jin, Lee Seung Yeon
Genre : Family, Romance
Rating : PG-15
Author Notes / AN : Ini adalah FF pertamaku sebagai hadiah ultah buat Yesung Oppa. Jadi mian kalau jelek plus gaje. Happy Reading…^^ Sebenernya aku ikutan kontes bikin FF buat ngerayain ultah Yeppa, eh tapi ga menang. Yaudah aku posting diblog aja. Hehe.

Author POV
Kafe Mouse Rabbit  itu terlihat sangat ramai. Kafe yang terletak dikawasan elite kota Seoul itu memang terkenal berbeda dari kafe lainnya. Selain menyediakan kopi yang khas serta cake yang lezat, kafe ini juga kerap kali mengadakan music live yang penyanyinya tak lain dan tak bukan adalah pemilik kafe itu sendiri, Kim Jong Woon aka Yesung.
Yesung yang tampan dan pandai bernyanyi, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung kafe ini. Terlebih, dia masih jomblo alias single and belum punya pacar-setidaknya itu penilaian orang selama ini. Alhasil, banyak yeoja yang berbondong-bondong datang ke kafenya hanya untuk menarik perhatiannya atau hanya mendengarkan suara merdunya.
Selain Yesung, Kim Jong Jin, yang merupakan adik kandung Yesung juga ikut menarik hati para pengunjung. Jongjin yang memiliki perbedaan 8 tahun dengan hyungnya dan baru menduduki kelas 2 di SMAnya, mempunyai otak yang cerdas dan senyum yang membuat siapapun meleleh dibuatnya. Sungguh, orangtua mereka pasti bangga memiliki anak seperti mereka. Tapi sayang, orang tua mereka meninggal dalam sebuah kecelakaan 2 tahun lalu. Karena itu, Yesung sangat menyayangi dongsaeng satu-satunya itu.
Suatu sore di Mobit, disaat pengunjung tidak terlalu ramai, seorang yeoja duduk di dekat jendela dan menatap keluar sambil mengaduk-ngaduk kopinya. Ia nampak menunggu seseorang.
“Chagiya…” bisik seseorang tepat ditelinga yeoja itu.
Yeoja itu tampak terkejut dan menoleh kearah sumber suara, “Oppa, kau mengagetkanku saja..” ucap yeoja itu begitu tahu siapa orang disampingnya itu.
Namja itu tersenyum puas kemudia duduk dihadapan sang yeoja, “Mianhae… Apa kau sudah lama menungguku?” tanyanya sambil memperhatikan kopi didepan yeoja  yang sudah mulai dingin.
“Ne, kenapa kau lama sekali? Aku hampir bosan menunggumu. Kufikir kau lupa.” Yeoja itu memasang tampang cemberut.
Namja itu tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada sang yeoja. “Mianhae Seungyeon-ah,, aku tidak akan mengulanginya lagi. Saranghae…” namja itu membuat tanda hati dengan tangannya. Hal itu jelas membuat sang yeoja luluh dan tersenyum memaafkan kesalahannya.
Sang namja tersenyum puas melihatnya, “Kajja, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat…”
Lee Seungyeon, nama yeoja itu, segera mengangguk. Mereka pun bangkit dan hendak meninggalkan kafe itu.
“Yesung Hyung, kau mau kemana? Lihat, tanganku masih sakit…” Jongjin, tiba-tiba keluar dan merengek pada Yesung dengan tangan dibalut perban. Inilah yang membuat Yesung terlambat menemui Seungyeon tadi.
“Ya, Jongjin-a, wae? Kenapa tanganmu seperti itu?” Seungyeon yang hendak pergi bersama Yesung, mendekati Jongjin.
“Ia tidak sengaja terkena air panas saat didapur tadi.” Ucap Yesung mendekati mereka.
“Ya, gwencanha? Kenapa kau begitu ceroboh sih…” Seungyeon meniup-niup tangan Jongjin seolah-olah rasa panas itu masih tertinggal disana.
Seungyeon benar. Meskipun Jongjin pintar, terkadang ia memang sedikit ceroboh. Hmm,, melihat perhatian Seungyeon pada Jongjin, membuat hati Yesung sedikit terusik. Sejak kecil, mereka tumbuh bersama. Semenjak Jongjin lahir, Seungyeon benar-benar senang. Mungkin karena dia anak tunggal dan merasa seperti punya adik saat melihat Jongjin. Tapi, entah kenapa hal itu sedikit mengusik hati Yesung. Apa mungkin ia cemburu? Cemburu pada adiknya sendiri? Itu mustahil…
“Yesung Oppa, mianhaeyo. Sepertinya kita tidak jadi pergi hari ini..”
“Ne, Hyung. Apa kau tega meninggalkan dongsaengmu dalam keadaan seperti ini?”Jongjin memasang tampang aegyonya.
“Ne, gwencanha. Kita bisa pergi lain kali…” Mereka akhirnya masuk keruangan Yesung diiringi senyum kemenangan Jongjin.
Entah sudah yang keberapa kalinya acara kencan mereka gagal karena Jongjin. Kadang Yesung merasa bahwa Jongjin tak menyukai hubungannya dengan Seungyeon. Tapi ia segera menepis fikiran itu karena hubungan mereka bertiga baik-baik saja. Ah, mungkin ia hanya merasa kesepian. Segera Yesung menepis fikiran negative tentang dongsaengnya itu.
***

Pagi itu, Yesung tidak berangkat ke kafe karena ia sedang tidak enak badan. Semua pekerjaan kafe ia serahkan pada menejer kafe, Shindong, yang merupakan sahabatnya sendiri. Ia menatap kotak makanan yang dibawakan Seungyeong untuknya. Dia benar-benar yeoja yang perhatian, batin Yesung. Tiba-tiba ia teringat tentang dongsaengnya.
“Jongjin-a apa kau tidak sekolah?” ia membuka kamar Jongjin dan tidak melihat dongsaengnya didalam.
“Jongjin-a eoddiso?” gumam Yesung.
Sejenak kemudian ia baru teringat bahwa satu jam yang lalu adiknya meminta ijin untuk pergi membeli obat untuknya. Ah, dia juga benar-benar adik yang perhatian…
Yesung tersenyum memandangi kamar adiknya. Berbagai foto dan poster tertempel didinding kamarnya. Yesung mendekati foto yang terletak dimeja belajar Jongjin. Foto keluarganya. Mendadak, kesedihan dan kerinduan pada orang tuanya kembali muncul.
“Jongjin-a, pasti berat bagimu. Mianhada, jika selama ini hyung kurang memperhatikanmu. Hyung janji, akan menjadi appa dan omma bagimu…” air mata hampir mengalir dari matanya. Namun ia segera menyekanya.
Yesung kemudian duduk diranjang Jongjin yang empuk. Dulu, mereka sering tidur bersama. Kini, karena kesibukan Yesung, mereka bahkan jarang bertemu selain di Mobit.
“Kau pasti merasa kesepian…” Yesung mengusap-usap seprei dan menemukan sesuatu dibawah bantal.
“Igo mwo?” Yesung mengambil sebuah buku catatan dibawah bantal.
Yesung tersenyum, ternyata dongsaengnya juga menulis catatan sama seperti yang sering ia lakukan.
Karena penasaran, Yesung akhirnya membuka buku catatan dongsaengnya itu.
Ia kembali tersenyum melihat halaman pertama buku catatan itu tertempel foto Seungyeon yang cantik. Pasti anak itu sangat senang dengan Seungyeon, fikirnya. Setidaknya Yesung tidak berfikir macam-macam sampai ia membaca halaman demi halaman buku catatan Jongjin.
Lee Seungyeon. Dia adalah nuna. Setidaknya ia 2 tahun lebih tua dariku. Tapi aku menyukainya. Apa salahnya menyukainya. Dia benar-benar cantik dan perhatian pada kami. Kuharap, suatu hari aku bisa memilikinya dan menjadikannya istriku.
Yesung tercekat.
Omo, bagaiman ini? Aku semakin dibuat gila oleh Seungyeon. Tatapannya yang lembut, serta sentuhannya yang tulus membuatku mabuk dibuatnya. Lee Seungyeon, kau harus bertanggung jawab atas hal ini.
Yesung membolak-balik buku catatan itu tak percaya.
Sial!! Kenapa hal ini harus terjadi?? Seungyeon berkencan dengan Yesung hyung? Apa-apaan ini? Hyung, kau memiliki segalanya, tampan, sukses, bersuara merdu, dan digilai banyak yeoja. Kenapa harus Seungyeon? Hyung, aku tidak akan menyerah. Sampai kapanpun aku tidak akan merestui hubungan kalian. Dengan sekuat tenaga, aku akan membuat kalian putus.
Air mata kembali menggenang dipelupuk matanya. Jongjin, namdongsaeng yang sangat disayanginya, keluarga satu-satunya yang ia punya dimuka bumi ini, ternyata juga menyukai Seungyeon, yeoja yang juga sangat dicintai Yesung. Sekarang, ia tak tahu harus berbuat apa. Disatu sisis, ia ingin terus bersama Seungyeon. Tapi disisi lain, ia tidak ingin membuat adiknya menderita dan sedih. Ia sudah cukup menderita selama ini karena kehilangan appa dan ammanya.
Air matanya mengalir begitu saja. Rasanya Yesung ingin sekali berteriak dirumah yang sepi ini…
***

Yesung POV
Aku  termenung dikamar sahabatku, Shindong. Menatap ponselku dan mendapati nama Seungyeon tertera disana. Namun aku hanya menghela nafas dan meletakkan kembali ponselku. Entah sudah yang keberapa kali aku mengabaikan panggilan dan sms dari Seungyeon. Semenjak hari itu, aku memang berusaha menghindar dari Seungyeon. Bahkan sengaja tak pulang kerumah agar tak bertemu dengan Jongjin. Hanya Tuhan yang tahu, seberapa besar aku merindukan kedua orang yang sangat penting bagiku itu.
Tok…tok…tok…
Pintu diketuk, “Yesung-a, ini aku.” Terdengar suara Shindong diluar kamar.
“Eoh, masuklah..” aku membenarkan posisi dudukku.
Namja berbadan gemuk itu masuk dengan membawakan makanan dan minuman.
“Ya, siapa yang menyuruhmu membawakan ini untukku?” aku tak suka dengan caranya ini. Tapi mungkin ia hanya khawatir padaku.
“Ya, kau ini kenapa? Sudah satu minggu ini kau tidak pulang, jarang makan, menyendiri didalam kamar, bahkan menyerahkan music live pada orang lain. Ckckckck, aku jadi khawatir. Apa kau masih waras?”
“Aish,, kau ini. Urus saja pekerjaanmu dengan benar. Aku ini masih waras tahu.” Aku berbaring diranjang tak mempedulikannya.
“Yesung-a, kau tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Kau bahkan menghindari dan selalu menolak jika Jongjin dan Seungyeon ingin bertemu. Apalagi alasannya kalau bukan tidak waras?”
“Ya!!” aku mulai kesal dengannya.
Mendengar itu, bukannya takut, Shindong malah duduk didepanku. Persahabatan kami memang sudah terjalin sangat lama. Hal itu cukup membuat Shindong tahu bahwa aku sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
“Yesung-a, jika kau tidak mau cerita padaku, baiklah aku mengerti. Tapi, menghindar bukan jalan terbaik untuk menghadapi masalah. Kembalilah, mereka pasti sangat mengkhawatirkanmu…”
Aku menerawang mencoba mencerna ucapannya. Dia benar. Terkadang, ia memang bisa menjadi sahabat yang baik bagiku. Aku tersenyum sendiri.
“Oppa!!” aku terkejut mendengar suara itu. suara yang sangat ku rindukan.
Aku terkejut, dan segera duduk memastikan bahwa ini bukan sekedar halusinasiku saja. Seungyeon berdiri mematung dipintu kamar Shindong. Air mata menggenang diujung matanya.
“Oppa…” Seungyeon menghambur kepelukanku. Selama bertahun-tahu hidup dan tumbuh besar bersama, baru kali ini ia berpisah cukup lama dariku. Meski hanya seminggu.
Aku terdiam. Terlalu terkejut dengan kehadiran Seungyeon yang tiba-tiba itu. Aku menatap Shindong yang berjalan pelan meninggalkan kamar itu. Pasti sigendut itu yang mengatakan keberadaanku. Dia memang tidak bisa dipercaya.
***

Seungyeon POV
Aku begitu bahagia melihatnya. Akhirnya, setelah satu minggu ia menghindariku dengan alasan yang tak jelas, kami bertemu dan aku bisa memeluknya lagi.
“Oppa, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak ingin minta maaf karena telah membuatku begitu merindukanmu?” aku melepas pelukanku dan menatapnya.
Aneh sekali, ia hanya diam dan menunduk. Benar-benar tak seperti Yesung Oppa yang kukenal.
“Wae? Kau tampak semakin kurus dan berantakan. Apa kau sedang ada masalah?” aku merapikan rambut Yesung oppa yang sedikit berantakan.
“Seungyeon-a…” Yesung oppa menangkap tanganku yang tengah merapikan rambutnya.
Tatapannya begitu sendu. Aku begitu takut akan terjadi hal buruk pada hubungan kami.
“Oppa, kenapa kau menatapku seperti itu?”
Yesung oppa menghela nafas berat. “Aku ingin kita putus.”
Degh… jantung ini serasa berhenti berdetak mendengar ucapannya. Akhirnya, apa yang kutakutkan ini terjadi juga.
“Oppa, kau bercanda kan? Katakana kalau kau hanya iseng mengatakan hal itu. Kau tidak sungguh-sungguh kan? Oppa…” Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Hati ini rasanya begitu sakit.
Yesung oppa menunduk lemas. Matanya berkaca-kaca seolah ingin menangis.
“Mianhae, Seongyeon-a…”
“Oppa…” air mataku akhirnya jatuh membasahi pipiku. Tak sanggup rasanya bila aku harus melepas orang yang telah kusayangi seumur hidupku ini.
Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar itu. Air mata terus mengalir seolah ia tahu bagaiman hatiku saat ini…
***

Jongjin POV
Aku baru selesai mengangkat telfon saat melihat Seongyeon nuna keluar dari rumah Shindong hyung. Tapi, sepertinya ia menangis.
“Nuna, waeyo? Apa Yesung hyung ada didalam?” aku mengejar langkah Seungyeon nuna.
Tapi sepertinya percuma saja. Langkahnya begitu cepat, sehingga aku tak bisa mengejarnya karena ia telah memasuki mobil dan membawanya pergi.
“Nuna?” kenapa dia menangis? Apa dia Yesung hyung menyakitinya? Ini, tidak bisa dibiarkan. Meskipun dia adalah hyungku, tapi jika dia berani menyakiti yeoja yang sangat kucintai, aku tentu tak akan melepaskannya. Segera saja aku masuk kerumah Shindong hyung.
Baru saja aku ingin masuk ketika kudengar suara Shindong hyung.
“Ya, kau ini kenapa? Bukankah kau bilang sangat mencintai Seungyeon? Kenapa kau tiba-tiba menghindar dan memutuskannya begitu saja?”
Aku mengintip dari celah pintu yang terbuka. Yesung hyung tengah duduk dengan air mata yang menetes perlahan dari matanya. Ada apa ini? Aku sedikit tidak tenang, tidak biasanya Yesung hyung menangis. Bahkan saat kematian kedua orangtua kami, ia tak menangis.
“Ya, kenapa kau diam saja?? Jawab aku!” Shindong hyung mulai tak sabar dengan sikap hyungku yang tak seperti biasanya.
“Shindong-a, bagaimana ini? Aku harus bagaimana?” Yesung hyung berkata pelan hingga aku harus memasang telingaku lebih dekat kearah pintu.
“Apalagi? Kau tentu harus minta maaf pada Seungyeon dan memintanya kembali padamu.”
“Jongjin… Kim Jongjin…” Yesung hyung menyebut namaku. Ada apa ini? Apa ada hubungannya denganku? Jangan-jangan…
“Jongjin? Kenapa dengan dongsaengmu itu?” Shindong hyung semakin penasaran rupanya.
“Dia menyukai Seungyeon…”
Aku terkejut. Bagaimana hyung bisa tahu perasaanku?
“Mwo? Apa kau bercanda?”
“Ani, bahkan dia sangat mencintainya…”
Aku menatap hyungku tak percaya. Seluruh tubuhku terasa lemas mendengar suaranya itu. Jadi, inikah alasanmu menghindari kami selama ini, hyung?
“Shindong-a, bagaimana ini? Aku harus bagaimana?” Yesung hyung semakin terisak oleh tangisnya.
Shindong hyung duduk disamping hyungku dan menepuk-nepuk pundaknya. Hatiku miris rasanya melihat hyungku seperti itu…
***

Author POV
Yesung akhirnya memutuskan untuk pulang kerumahnya. Bagaimanapun, ia tak ingin membuat adiknya khawatir.
“Eoh Hyung, kau sudah pulang?” Jongjin yang segera menyambut hyungnya ketika Yesung datang.
Yesung hanya tersenyum melihat tatapan khawatir dari dongsaengnya.
“Kau kemana saja? Aku dan Seungyeon nuna sangat khawatir sekali denganmu…” Jongjin mengikuti langkah hyungnya menuju kamar.
Sementara Yesung, hatinya kembali terasa perih mendengar nama Seungyeon yang keluar dari mulut Jongjin.
“Hyung hanya dinas keluar kota. Mianhae, aku tidak memberitahukan ini terlebih dahulu padamu.”
Jongjin hanya mengangguk-ngangguk. Sedangkan hatinya juga sedang bergemuruh mendengar hyungnya berbohong seperti itu.
“Hyung, apa kau lapar? Aku akan membuatkan sesuatu yang enak untukmu.” Sementara ini, Jongjin akan pura-pura tidak tahu tentang apa yang didengarnya dirumah Shindong.
Yesung menghentikan langkahnya ketika tiba didepan kamarnya.
“Gomapta. Tapi hyung sangat capek hari ini. Kau bisa membuatnya lain kali. Hyung mau istirahat saja…” dengan susah payah Yesung berusaha tersenyum dihadapan dongsaengnya.
“Eoh, ne-Hyung…” Jongjin pun seperti tak tahu harus berbuat apa
Yesung segera masuk kamar dan mengunci pintunya. Sementara Jongjin hanya mematung didepan kamar Yesung.
***

Jongjin menatap yeoja didepannya dengan tatapan kasihan. Satu jam lalu, ia mendapat telefon yang mengabarkan kalau pemilik ponsel yang ia pegang, tak sadarkan diri setelah minum banyak di barnya. Jongjin langsung berlari menuju bar yang dimaksud sang penelfon. Setahunya, Seungyeon bukan peminum yang baik. Kenapa tiba-tiba ia mabuk sampai tak sadarkan diri seperti itu? Pasti ini sangat menyakitkan baginya.
“Seungyeon-a…” tanpa sadar ia hanya memanggil Seungyeon tanpa embel-embel nuna dibelakangnya.
“Ah, Jongjin-a…” ternyata ia masih sadar. Tapi kondisinya benar-benar kacau saat ini.
“Bangunlah, aku akan mengantarmu pulang…” Jongjin memegang tubuh Seungyeon hendak membantunya berdiri. Tapi tangan Seungyeon menepisnya.
“Shireo!! Aku tidak mau pulang. Aku takut akan teringat Yesung oppa jika aku pulang… Jongjin-a,, biarkan aku disini ya…” Seungyeon tersenyum aegyo pada Jongjin. Ternyata ia benar-benar mabuk. Jongjin bisa mencium bau alcohol yang menyengat dari mulutnya.
“Nuna, kau tidak boleh seperti ini. Ikutlah denganku…” Jongjin kembali meraih tangan Seungyeon.
“Aku bilang tidak mauuuu…” Seungyeon kembali menepis tangannya. Tiba-tiba, ia menangis.
“Huaa,,, Jongjin-a, kenapa hyungmu begitu jahat? Kenapa dia tega meninggalkanku… Jongjin-a,, aku sangat mencintainya…” air mata mengalir dari mata Seungyeon. Jongjin sangat kasihan melihatnya. Semua ini salahnya. Kenapa ia bisa mencintai sekaligus melukai yeoja yang begitu baik seperti Seungyeon? Ia mulai mengutuk dirinya sendiri.
***

Hari ini hari ulang tahun Yesung. Tapi ia hanya berjalan-jalan dan duduk disebuah taman yang sepi. Ia teringat, tahun lalu, ia merayakan ulang tahunnya ditempat itu bersama Jongjin dan Seungyeon. Yesung hanya tersenyum mengingat saat-saat itu. Kini ia hanya bisa memjamkan mata dan berharap keajaiban bisa segera menghampirinya.
“Oppa…” Yesung membuka mata mendengar seseorang memanggilnya.
“Saengil chukka hamnida… Saengil chukka hamnida… Saranghaneun Yesung Oppa… Saengil chukka hamnida…” Yesung tak percaya. Didepannya Seungyeon menyanyikan lagu ulang tahun sambil memegang kue ulang tahun. Tak nampak kesedihan dimatanya. Ia justru tersenyum riang. Ah, apakah ini hanya khayalanku saja? Ia membatin.
“Oppa,, Cukhahaeyo… Ayo tiup lilinnya…” Seungyeon mendekatkan kue itu pada Yesung. Ah, ternyata ini bukan khayalan. Yesung tersenyum dan meniup cepat lilin itu.
“Yeaaahhh…” Seungyeon bersorak senang. Pada dasarnya, ia memang gadis yang ceria.
“Oppa, Jongjin sudah menceritakan semuanya padaku. Dia bilang kau salah faham karena telah mengira dia menyukaiku. Oppa, kau konyol sekali. Masa kau mencurigai dongsaengmu seperti itu. Aku hanya menganggap Jongjin itu adikku. Begitupun Jongjin yang menganggapku sebagai nunanya. Oppa, tolong jangan salah faham lagi ya! Aku tidak ingin berpisah denganmu.” Seungyeon tersenyum pada Yesung.
Yesung terkejut mendengar ucapan Seungyeon. Bagaiman Jongjin bisa tahu kalau… Apa ini hanya salah faham? Jelas-jelas aku melihat sendiri buku catatannya. Yesung mulai bingung.
“Hyung!! Saengil cukhahaeyo…” Jongjin tiba-tiba mengagetkan Yesung yang tengah sibuk dengan fikirannya sendiri.
“Jongjin-a…”
Jongjin tersenyum pada hyungnya, “Hyung, yang dikatakan nuna itu benar. Kau hanya salah faham. Kau fikir, aku akan menyukai nuna cerewet seperti dia?” Jongjin menggoda Seungyeon.
“Ya, Kim Jongjin!! Kau mau kue ini melayang kewajahmu?” Seungyeon pura-pura marah dan mengancam Jongjin.
“Aigo,, liat Hyung. Seungyeon nuna benar-benar menyeramkan ketika marah. Aku heran, kenapa kau sangat mencintai yeoja ini?” Jongjin terkikik.
“Ya!!” Seungyeon mendekati Jongjin dan menyodorkan kue itu kewajahnya. Tapi Jongjin segera berlindung dibalik tubuh Yesung dan tertawa karena ia berhasil membuat nunanya bersemu merah.
Yesung yang dari tadi hanya diam, perlahan tersenyum. Inikah keajaiban itu? Melihat dua orang yang disayanginya tertawa riang seperti itu, membuat hatinya sedikit lega. Terimakasih Tuhan, Kau telah mengembalikan mereka padaku. Yesung akhirnya ikut bergabung bersama Seungyeon dan Jongjin yang saling berkejaran seperti anak kecil. Dunia memang selalu bertindak adil…
Hyung, kau adalah orang yang paling kuhormati didunia ini. Mianhae, hanya ini yang bisa kuberikan padamu. Terima kasih atas semua yang kau lakukan untukku. Sekali lagi, Saengil cukhahamnida,, uri  hyung…^^-Kim Jongjin-

-The End-