Selasa, 31 Desember 2013

GOODBYE 2013



Gak kerasa, udah tahun baru lagi aja. Hehe. Banyak banget ya, yang udah terjadi di tahun 2013 ini. Apa pun itu, pasti ada yang asyik, and ada juga yang nggak asyik. Nah, di sini, aku mau nulis tentang hal-hal asyik yang udah aku lakuin di tahun 2013 ini. Gak papa dong ya, masa iya aku mau cerita hal yang nggak asyik? Itu sih, cuma buat dijadiin pelajaran aja…
Yup, yang pasti, tahun 2013 ini merupakan tahun yang cukup berarti buatku. Gimana ya, secara di tahun ini, tepatnya pada tanggal 2 Juni 2013, untuk pertama kalinya, aku bisa menyaksikan langsung konser megah SUPER JUNIOR yang bertajuk SUPER SHOW 5, di MEIS, Ancol-Jakarta. Huaa, seneng banget. Akhirnya salah satu mimpiku bisa terwujud. Hehe. Aku dapet tempat paling depan lagi, saat nonton konser mereka. So pasti, aku bisa liat jelas Lee Hyuk Jae, TOPLESS di depan mataku. Ohmaigat! Hal yang selama ini hanya bisa aku liat di video akhirnya nyata dalam penglihatanku. Ah, bulan Juni memang selalu terasa indah…
Selanjutnya, di tahun ini, aku merasa menemukan mimpiku. Mimpi yang selama ini terpendam dan takut untuk aku akui. Yah, aku ingin belajar menulis. Kebetulan, ada sebuah fanpage di facebook, ngadain acara kepenulisan bertajuk WTC 2, kepanjangan dari Writing Tour of Cekers 2 karena acara ini merupakan kali kedua diselenggarakan oleh fanpage  tersebut. Fanpage ini, masih asuhannya bunda Erin sih, bundanya majalah STORY yang setiap bulan nggak pernah absen dari daftar belanjaanku. Aku seneng. Di sini, selain untuk pertama kalinya aku pergi ke Jakarta seorang diri, aku juga bisa punya temen-temen baru yang asyik dan menarik. Mereka mempunyai mimpi yang sama denganku, yaitu ingin menulis dan menjadi penulis. Meskipun aku masih sedikit minder bergabung bersama yang lain, tapi mereka semua membuatku nyaman. Lewat mereka, aku semakin termotivasi untuk menulis. Terimakasih, Guys…
Hal menarik lainnya yang tak kalah seru dan takkan pernah kulupakan adalah, saat aku pergi ke Pare, kampung Inggris di Kediri-Jawa Timur. Kyaa, ini bener-bener seru. Merasakan hidup sendiri di derah baru dan teman-teman baru dari berbagai daerah di seluruh penjuru Indonesia. Ini asyik. Sumpah! Lain kali aku bakal share tentang pengalamanku selama hidup disana. Sendirian di tempat asing benar-benar suatu pengalaman yang menakjubkan. Yaa, meskipun pada akhirnya aku memiliki banyak teman. HeheJ
Apa lagi ya, banyak sih sebenernya. Tapi aku agak-agak lupa nih. Gimana dong? Oh iya, tahun ini juga untuk pertama kalinya aku memenangkan sebuah kuis yang diadain sebuah fanpage di facebook. Setelah berkali-kali ikut gagal, akhirnya aku bisa juga menang. Seneng banget sumpah. Hadiahnya berupa 4 buah novel karya Mba Lia Indra Andriana, seorang penulis novel yang berbau Korea-Korea gitu. Dan aku suka…
Ada lagi. Bulan November kemaren, aku coba-coba ikut daftar acara #KampusFiksi yang di adain oleh Penerbit DIVA Press yang diadain tiap 2 bulan sekali. Dan aku lolos. Yeay! Meskipun aku masuk dalam daftar angkatan 11 sih. Itu berarti masih lama. Masih harus nunggu satu tahun lagi. But, it’s okey lah… Buat mimpi, apa sih yang nggak? Hehe
Guys, bentar lagi udah jam 12 malem nih. Happy New Year yaah… Semoga resolusi kalian di tahun 2014 nanti akan segera terwujud. Aku juga. Semoga kita sama-sama bahagia. Amiin. Satu yang pasti guys. Dalam hidup ini, pasti ada lika-likunya kan? Jadi, jangan pernah menyerah meraih mimpimu. Orang lain aja bisa, kenapa kita nggak? Betul kaaan? Hehe, oke deh, sekali lagi met tahun baru ya… babay….^^

Rabu, 25 Desember 2013

Maafkan Aku, Sahabat...



Fiuh, akhir-akhir ini aku sibuk banget. Sibuknya sih sibuk aja ya. Ga pake BANGET. Tapi, gara-gara mikirin sibuknya itu yang ngebuat aku lupa sama sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang selama hampir sepuluh tahun ini, nggak pernah ku lupa. Ulang tahun sahabatku tercinta.
Well, kita emang udah nggak satu lokasi lagi. Maksudku, dia udah sama hidup dia yang sekarang. Sibuk dengan kegiatan yang kini digelutinya. Aku juga sama. Sibuk dengan sesuatu yang aku sendiri bingung sebenernya apa. Emang sih, kita masih saling komunikasi sesekali. Menanyakan kabar dan basa-basi lainnya. Ya, biasa deh kalau jauh kan bawaannya rindu ya? Apalagi sama sahabat yang hampir sepuluh tahun selalu bareng sama kita.
Disaat aku sibuk sama duniaku, ternyata aku ngerasa kesepian. Aku butuh seorang teman. Aku mencoba menghubungi sahabatku ini. Tapi ternyata, mungkin dia sibuk dengan kegiatannya yang sekarang. Ia seperti tak terlalu peduli padaku. Ah, mungkin juga ini salahku karena aku pun jarang menghubunginya. Aku hanya mencoba menjalin hubungan yang baik lagi dengannya.
Aku mencoba mencari tahu kenapa ia bersikap seperti itu dan mencoba menggabungkannya dengan cerita kita di masalalu. Mungkin dia memang marah padaku. Entahlah! Aku hanya bisa menarik kesimpulan bahwa mungkin ia sombong dengan apa yang dimilikinya sekarang. Ia telah memiliki banyak teman hingga ia tak mempedulikanku lagi. Ya, mungkin!
Semenjak saat itu, aku pun memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya. Ini hanya akan menambah kesibukanku saja. Setelah itu, aku kembali berkutat dengan kesibukanku. Namun, saat aku tengah istirahat sejenak dan membuka-buka beranda facebook lamaku, aku menemukan status adik sahabatku yang mengucapkan ulang tahun pada seseorang dengan men-tag nama facebook sahabatku. Aku perhatikan sejenak. ‘Siapa yang ulang tahun?’ fikirku saat itu. Aku kembali membaca status facebook adik sahabatku itu dengan seksama.
Astaghfirullahhaladzim… Tamparan itu terasa begitu keras di wajahku. Seperti sebuah petir yang tiba-tiba menyambar hatiku. Aku terkejut. Benar! Kemarin adalah ulang tahunnya. Ulang tahun sahabatku. Hal yang selama sepuluh tahun terakhir ini tak pernah kulupa. Mendadak hatiku luruh. Betapa aku terlalu dibutakan oleh dugaan-dugaan yang belum tentu kebenarannya.
Aku segera mengambil hapeku. Mengiriminya sms ucapan selamat ulang tahun sekaligus meminta maaf. Air mataku mengalir menyesali apa yang telah terjadi. Lama tak ada balas membuatku khawatir dia akan marah dan membenciku. Tapi kemudian, sebuah sms masuk membuatku tersenyum. Ia bilang ia memaafkanku. Ya Allah, hal penting apa kiranya yang membuatku melupakan hari ulang tahun sahabatku? Sepenting itukah hingga aku bisa melupakan hal yang sudah hampir sepuluh tahun ini selalu ku ingat? Dan lagi, punya hak apa aku men-judge hal-hal buruk tentang sahabatku sendiri?
Sahabat, maafkan aku. Hal ini benar-benar menjadi sebuah pelajaran berharga untukku. Meski aku melupakan ulang tahunmu kali ini, namun aku tak melupakan bahwa kau sahabatku. Seseorang yang dulu selalu ada untukku, dan semoga akan selalu begitu. Maaf, bila aku bukanlah seorang sahabat yang baik. Sekali lagi, selamat ulang tahun, sehat dan sukses selalu. Jangan pernah menyerah mengejar mimpimu. Fighting!!^^

Rabu, 18 Desember 2013

Lelaki Bisu

Aku sengaja datang ke sekolah lebih pagi. Biasa, kebagian jadwal piket. Namun tak seperti biasanya, aku melihat seseorang sudah datang lebih awal dariku. Dia tengah duduk di bangkunya sambil konsentrasi mengerjakan sesuatu. Mencoret-coret bukunya? Ah, bahkan ia tak menjawab salamku karena terlalu berkonsentrasi.
Aku diam-diam menatap sesosok lelaki yang tengah serius menggambar itu. Wajahnya, rambutnya, wanginya yang tercium sampai tempatku ini, entah kenapa tiba-tiba membuat hatiku bergetar. Sudah sejak lama aku memperhatikannya. Namun, kali ini, perasaan itu seperti menjalar mengalir melalui nadiku.
Degh. Tiba-tiba tatapannya tertuju ke arahku. Mata kami beradu. Ada lesir tak menentu dalam hatiku. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia mengembangkan senyumnya. Manis. Aku hampir meleleh dibuatnya. Tatapan dan senyumannya sungguh membuatku ingin pingsan. Saat itu, aku benar-benar ingin Tuhan menghantikan waktu sejenak. Menyimpan memori ini dalam ingatan waktu biarku bisa mengenang selamanya.
Lelaki itu tiba-tiba bangkit dan mendekatiku. Hatiku semakin berdesir tak karuan. Dalam diam, ia menyerahkan sketsa wajah yang sedari tadi digambarnya. Ternyata gambarku. Aku tersenyum. Dia juga. Tapi kemudian ia segera pergi meninggalkan kelas.
Aku masih disini. Menatap sketsa wajah diriku yang begitu apik digambarnya. Aku membaca tulisan dipojok sketsa itu. “Dalam kebisuan, ku mengagumimu…”. Aku kembali tersenyum. Ah, lelaki bisu itu telah diam-diam membuatku jatuh hati.

Kasih Dalam Cermin


Aku masih tergugu ketika kau berusaha menenangkanku. Luka itu seolah menguak kisah lama yang membuat hatiku terasa perih. Namun kau terus menenangkanku. Mengelus rambutku serta mengecup lembut keningku.
Aku berjalan seolah melupakan apa yang terjadi dulu. Kau masih setia berjalan di belakangku. Aku berbalik dan menatapmu. Kau tersenyum. Aku ikut tersenyum. Seperti pantulan sebuah cermin. Kau membawaku ke dunia yang belum pernah kurasakan.
Biarlah kisah lalu itu hanya menjadi kenangan. Bagiku, kau adalah masa depan. Dengan secercah harapan yang kau tawarkan, aku siap bahagia bersamamu.
Senyummu masih terus mengembang. Kecantikanmu bak bidadari yang turun dari khayangan. Oh Tuhan, betapa indah dunia dibalik cermin yang Kau ciptakan. Jadikan ia kekasihku. Sungguh, aku takkan berpaling darinya. Dia malaikatku, bidadariku. Semoga kisah cinta ini abadi. Karena aku, mencintainya. Meski aku, hanya hidup dalam dunia cerminnya...

Sabtu, 14 Desember 2013

Challange @KampusFiksi #FiksiBianglala

SEPOTONG KENANGAN DILANGIT DUFAN
“Aaaaaaa” teriakan itu kian menjadi. Shiren menutup matanya saat halilintar itu mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Dino tersenyum menatap gadis disampingnya itu.
“Buka mata kamu. Rasakan sensasinya. Ini seru, Shiren! Terlalu sayang jika hanya dilalui dengan menutup mata…” teriak Dino ditengah laju halilintar.
Shiren nampak berfikir sejenak. Perlahan-lahan ia membuka matanya, tepat saat halilintar itu melaju turun.
“Hwaaaaaaaaaa….” Kembali Shiren berteriak histeris. Dino tersenyum. Ia ikut berteriak bersama Shiren. Melepas semua beban yang selama ini tertambat dalam hatinya.
“Gimana, seru kan?” tanya Dino saat mereka telah turun dari halilintar.
Shiren masih mengatur nafasnya. Jantungnya berdetak tak menentu. Pasalnya, ini kali pertama ia menaiki wahana yang benar-benar membuat jantungnya berasa mau copot.
“Kamu gila, Din! Udah ah, aku nggak mau lagi.” Shiren hendak pergi meninggalkan Dino. Tapi Dino buru-buru menahan tangan Shiren.
“Yah, kok nyerah? Nanggung nih. Masa ke Dufan cuma naik halilintar sih…” Dino merajuk.
Shiren menatap Dino ragu.
“Katanya mau nglupain Iaan…” goda Dino sambil tersenyum nakal.
Shiren cemberut mendengar nama itu di sebut.
“Yuuk!” Dino langsung menarik tangan Shiren menerobos kerumunan orang untuk menuju wahana selanjutnya. Shiren hanya pasrah.
Satu jam lalu, Dino menemukan Shiren tengah menangis di jembatan dekat sekolahnya. Dino takut terjadi apa-apa pada sahabatnya itu. Pasalnya, berdasarkan keterangan Via, teman sekelas Shiren, Shiren baru saja memergoki Ian-pacarnya tengah berduaan mesra dengan Janet-musuh besarnya di sekolah.
Untung saja, setelah dibujuk dengan hati-hati, Shiren mau juga diajak ke Dufan. Tempat yang bagi Shiren sangat mengerikan. Karena seingatnya, Mamanya meninggal saat perjalanan pulang dari rekreasi ke Dufan bersama keluarga Dino lima tahun silam. Dan hal itu, cukup membuat Shiren benci dengan tempat bermain itu.
***
Shiren masih mengatur nafasnya. Setelah dipaksa naik kora-kora oleh Dino, akhirnya ia bisa melarikan diri dan kabur kesini. Duduk di kursi taman mencoba menenangkan dirinya.
 Shiren melihat orang-orang berlalu lalang dihadapannya. Ia melihat anak kecil yang digendong ibunya, ada sepasang muda mudi yang tengah bergandengan mesra. Hatinya miris. Tiba-tiba, ia dikejutkan dengan kedatangan seorang badut berkostum kelinci. Badut itu membawa sebuah kaleng minuman dan menari-nari di depan Shiren. Awalnya Shiren merasa aneh. Namun tingkah lucu badut kelinci itu membuat tawanya membuncah.
Badut kelinci itu tiba-tiba berjalan mendekatinya. Ia menyerahkan kaleng minuman bersoda itu pada Shiren.
Kening Shiren berkerut, “Untukku?”
Badut itu mengangguk.
Shiren tersenyum, “Makasih…”
Badut itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Shiren kemudian membuka minuman kaleng itu.
Clekk…
Air soda itu menyembur ketika Shiren membukanya. Badut kelinci itu ikut panik melihat kejadian di depannya.
“Shiren, kamu nggak papa kan? Aduh, sorry-sorry, aku jogednya terlalu semangat ya sampe-sampe kalengnya ikut bergoncang.” Terdengar suara panik dari dalam kostum badut itu.
Shiren yang sibuk mengibas-ngibas cipratan air di bajunya terkejut.
“Dino?” terkanya.
Dino melepas kepala kelincinya, “Yah, ketauan deh…” gumamnya.
Shiren kembali tertawa melihat tampang kusut Dino dan rambutnya yang acak-acakan karena tertutup kostum kelinci itu.
Dino hanya tersenyum aneh mendapat respon seperti itu. Ia kemudian berjalan menuju kursi taman tempat Shiren meletakkan tas berwarna merahnya.
“Nih… Bersihakan dulu bajumu. Baru lanjut ketawa lagi.” Dino mengulurkan tisu pada Shiren.
Shiren berhenti tertawa dan mengambil tisu dari tangan Dino. Ia mengusap bekas noda minuman di bajunya.
“Kamu kocak banget sih, Din. Darimana tuh kostum? Cocok!” Komen Shiren masih menahan tawanya.
“Hmm, dasar! Panas tauk! Aku kan cuma mau ngibur kamu. Sorry ya, gara-gara aku, baju kamu jadi kotor deh…” Dino tampak menyesal.
Shiren menatap Dino. Ia tak menyangka kalau sahabatnya yang satu ini, begitu perhatian padanya.
“Makasih ya, Din. Kalo nggak ada kamu, mungkin aku udah jatuhin diri dari jembatan itu…” Shiren tersenyum tulus.
Dino membalas tatapan Shiren. Ia ikut tersenyum. Tatapan mereka bertemu. Diam, seolah tengah berbicara lewat mata. Tiba-tiba Shiren merasakan ada lesir tak tersirat dari dalam hatinya. Dino, mungkinkah ia…
“Oh, udah sore, pulang yuk!” Shiren segera mengalihkan pandangannya.
Ia beranjak berdiri hendak meninggalkan tempat itu. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat penjual permen kapas tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia teringat sesuatu. Otaknya memaksa Shiren kembali kemasa lima tahun silam. Dimana ibunya saat itu masih hidup.
Saat itu, Dino kecil tengah asyik memakan permen kapas. Shiren kecil yang melihatnya tergoda untuk ikut memakan permen kapas tersebut. Namun sayang, belum sempat Shiren menikmati permen kapas tersebut, Dino buru-buru menyembunyikan permen kapasnya dibalik punggung. Akibatnya, Shiren kecil menangis.
“Nggak boleh. Kamu nggak boleh makan permen kapas ini, Shiren. Nanti gigi kamu sakit loh…” ujar Dino kecil yang semakin membuat Shiren menangis.
“Dino jahat! Dino pelit! Mama…” Shiren kecil berteriak memanggil Mamanya.
Orang tua mereka yang sedang asyik mengobrol terkejut mendapati Shiren yang tengah menangis. Mereka segera mendekati Shiren dan Dino.
“Loh, Shiren kenapa sayang?” Mamanya langsung berlutut mengelus kepala anak gadisnya.
“Dino jahat, Mah. Masa Shiren minta permen kapasnya nggak boleh…” Shiren yang masih terisak mengadu.
“Dino, kamu nggak boleh gitu sayang. Coba, kasih permennya ke Shiren.” Bujuk Papa Dino.
Dino hanya menunduk dengan mukanya yang ditekuk, “Nih…” dengan terpaksa Dino memberikan permen kapas tersebut. Shiren langsung sumringah hendak mengambil permen tersebut sebelum akhirnya, Dino kembali menariknya lebih rendah.
“Tapi ada syaratnya…” ujar Dino.
Kedua orang tua mereka saling pandang.
“Kalau udah besar nanti, Shiren harus mau ya jadi istri Dino. Kaya Mama Papa kita. Nanti, kita naik semua wahana disini berdua. Janji?”
Ucapan Dino membuat kedua orang tua mereka tertawa. Sementara Shiren yang saat itu masih kelas 6 SD, hanya bersemu merah sebelum akhirnya ia mengambil permen kapas itu dari tangan Dino.
Tanpa sadar Shiren tersenyum. Kejadian itu masih terasa nyata dalam ingatannya.
“Wuy, kok ngelamun? Yuk, pergi! Katanya mau balik?” Dino menegur Shiren setelah ia telah melepas kostum kelincinya.
Dino hampir melangkah pergi. Namun buru-buru Shiren menangkap tangan Dino. Dino menoleh heran.
“Tunggu dulu! Kita kan belum nyoba semua wahana. Aku mau naik bianglala. Katanya semua pemandangan bisa terlihat dari sana. Yukk!!” Tanpa ba-bi-bu lagi, Shiren langsung menarik Dino menuju wahana yang dimaksud. Senyum mengembang. Pelangi seolah bersinar terang menggantikan mendung yang selama ini bergelayut manja pada dinding hati Shiren. Sepotong kenangan itu, tak akan pernah lagi ia lupakan.
-The End-