Aku
sengaja datang ke sekolah lebih pagi. Biasa, kebagian jadwal piket. Namun tak
seperti biasanya, aku melihat seseorang sudah datang lebih awal dariku. Dia tengah
duduk di bangkunya sambil konsentrasi mengerjakan sesuatu. Mencoret-coret
bukunya? Ah, bahkan ia tak menjawab salamku karena terlalu berkonsentrasi.
Aku
diam-diam menatap sesosok lelaki yang tengah serius menggambar itu. Wajahnya,
rambutnya, wanginya yang tercium sampai tempatku ini, entah kenapa tiba-tiba
membuat hatiku bergetar. Sudah sejak lama aku memperhatikannya. Namun, kali
ini, perasaan itu seperti menjalar mengalir melalui nadiku.
Degh.
Tiba-tiba tatapannya tertuju ke arahku. Mata kami beradu. Ada lesir tak menentu
dalam hatiku. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia mengembangkan
senyumnya. Manis. Aku hampir meleleh dibuatnya. Tatapan dan senyumannya sungguh
membuatku ingin pingsan. Saat itu, aku benar-benar ingin Tuhan menghantikan
waktu sejenak. Menyimpan memori ini dalam ingatan waktu biarku bisa mengenang
selamanya.
Lelaki
itu tiba-tiba bangkit dan mendekatiku. Hatiku semakin berdesir tak karuan. Dalam
diam, ia menyerahkan sketsa wajah yang sedari tadi digambarnya. Ternyata gambarku.
Aku tersenyum. Dia juga. Tapi kemudian ia segera pergi meninggalkan kelas.
Aku
masih disini. Menatap sketsa wajah diriku yang begitu apik digambarnya. Aku membaca
tulisan dipojok sketsa itu. “Dalam kebisuan, ku mengagumimu…”. Aku kembali
tersenyum. Ah, lelaki bisu itu telah diam-diam membuatku jatuh hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar